Kiat Jadi Penulis dan Jurnalis Handal
Sehingga tulisan ini lebih bersifat sebagai urun rembug atau sumbang saran saja. Mudah-mudahan saja, harapannya, masih ada ceceran pendapat yang dapat dipetik sebagai manfaat oleh khalayak.
Pengantar
Tulisan ini meskipun berjudul “Kiat Jadi Penulis dan Jurnalis Handal”,
namun tidaklah bermaksud untuk mengaku diri telah menjadi seorang
Penulis ataupun Jurnalis handal, karena yang dikatakan handal itu,
menurut hemat saya, seharusnya sudah melahirkan beberapa karya besar,
syukur-syukur fenomenal.
Sehingga tulisan ini lebih bersifat sebagai urun rembug atau sumbang saran saja. Mudah-mudahan saja, harapannya, masih ada ceceran pendapat yang dapat dipetik sebagai manfaat oleh khalayak.
Beda Penulis dan Jurnalis
Seringkali
kalangan masyarakat luas menganggap sama saja antara Penulis dan
Jurnalis, padahal sesungguhnya antara keduanya dapat diperbedakan,
terutama semenjak bermunculan dan berkembangnya aneka media massa, mulai
dari media cetak, media audio, media audio visual, sampai media maya/online melalui internet
Penulis – menurut rumusan Wikipedia - adalah sebutan bagi orang yang melakukan pekerjaan menulis atau menciptakan suatu karya tulis. Menulis adalah kegiatan membuat huruf (angka) menggunakan alat tulis di suatu sarana atau media penulisan, mengungkapkan ide, pikiran, perasaan melalui kegiatan menulis, atau menciptakan suatu karangan dalam bentuk tulisan.
Sedangkan
menurut pemahaman awam saya pribadi, seorang Penulis adalah seseorang
yang menekuni bidang profesi tulis-menulis karangan, dan telah
menghasilkan karya tulis yang dari hasil karya tulisnya itu mampu
mendapatkan penghasilan yang relatif mencukupi kebutuhan hidupnya. Yang
disebut karya tulis itu bisa berupa tulisan opini pada media suratkabar,
atau bahkan sebuah buku karangan, baik buku fiksi
(misalnya kumpulan cerita pendek, novel, dan lainnya) maupun buku non
fiksi (misalnya buku teks pelajaran, buku ilmu pengetahuan, dan
lainnya).
Sehingga,
misalnya, seseorang hanya menulis sepucuk surat cinta untuk kekasihnya,
atau seseorang yang menulis sepucuk surat permohonan izin untuk tidak
masuk sekolah karena sedang sakit, maka seseorang tersebut masih belum
dapat disebut sebagai seorang yang berprofesi sebagai seorang Penulis.
Sementara Jurnalis, menurut Wikipedia, adalah seseorang yang melakukan pekerjaan jurnalistik
atau kewartawanan. Menurut pemahaman awam saya, Jurnalis adalah
seseorang yang menekuni secara terus-menerus profesi bidang pemberitaan,
atau penyampaian suatu peristiwa/kejadian kepada pihak lain (lebih
diutamakan pihak lain itu dalam jumlah yang banyak) yang tidak sempat
menyaksikan sendiri peristiwa tersebut.
Media
perantara penyampai berita itu bisa saja berbentuk media cetak
(misalnya koran, tabloid, majalah, stensilan, dan sebagainya), media audio (misalnya radio siaran), media audio visual (misalnya televisi), media maya (online).
Seseorang
yang menekuni secara terus-menerus profesi
pemberitaan/pekabaran/pewartaan ini sering pula disebut sebagai
Wartawan. Berhubung profesi pewartaan ini sering disebut jurnalistik,
maka seseorang yang melakukan profesi itu disebut pula sebagai Jurnalis.
Misalnya
ada seseorang yang sempat menyaksikan peristiwa kecelakaan lalulintas,
dan ia menceritakan kronologi kejadiannya kepada orang lain, maka ia
belum secara sertamerta bisa disebut sebagai seorang Jurnalis.
Seorang
Jurnalis, meskipun tidak menyaksikan secara langsung kejadian
kecelakaan itu, dapat saja berusaha mendatangi tempat kejadian perkara
(TKP) untuk menemui beberapa orang saksi, sekaligus memotret sisa-sisa
kejadiannya (misalnya kerusakan mobilnya, kerusakan pagar jalanannya,
dan sebagainya), atau menanyakan kronologi peristiwanya kepada polisi
yang menangani kasusnya, kemudian mewartakannya melalui media
penyampainya, misalnya koran cetak, radio, televisi, atau media online,
sehingga peristiwa tersebut dapat ikut diketahui oleh khalayak
masyarakat secara meluas.
Kesamaan Penulis dan Jurnalis
Kesamaan
antara Penulis dan Jurnalis, adalah kedua-duanya berkewajiban untuk
memahami dan menggunakan kaidah-kaidah bahasa, agar apa yang
dihasilkannya (baik karya tulis maupun karya jurnalistik) dapat dengan
mudah dipahami oleh kalangan masyarakat luas yang menjadi segmen
sasarannya, baik terdiri para pembacanya (bagi media cetak), para
pendengarnya (bagi media radio), para pemirsanya (bagi media televisi),
maupun para pembacanya (bagi media online).
Kesamaan
antara Penulis dan Jurnalis itu sering sulit diperbedakan, terutama
pada jurnalistik media cetak atau media online, karena kedua-duanya
sama-sama menggunakan bahasa tulisan, dan bukannya bahasa lisan, ataupun
bahasa isyarat. Dikarenakan sama-sama menggunakan bahasa tulisan
itulah, maka antara Penulis dan Jurnalis seringkali dianggap sama saja.
Penulis Handal
Penulis
handal adalah seseorang yang karya tulisnya disenangi dan dibeli oleh
orang dalam jumlah yang fantastis banyak. Atau bisa juga Penulis handal
adalah seseorang yang telah melahirkan banyak karya tulis, sehingga
kehidupan ekonominya dapat ditopang dari penghasilan royalty atau honor atas karya tulisnya itu.
Contoh Penulis yang handal, antara lain adalah Andrea Hirata yang menuliskan serial novel Laskar Pelangi, Arswendo Atmowiloto yang menuliskan novel Satria Pamungkas, Singgih Hadi Mintardja yang menulis novel fiksi sejarah Nagasasra Sabuk Inten, HAMKA yang menulis novel Di Bawah Lindungan Ka’bah (dan lainnya), Pramoedya Ananta Toer yang menulis novel Jejak Langkah (dan lainnya).
Bahkan
dalam pelajaran Bahasa Indonesia di bangku sekolah, sering pula
diajarkan tentang para pujangga sastra Indonesia dan hasil karya
tulisnya masing-masing, dari sejak zaman pra kemerdekaan Republik Indonesia, hingga zaman kekinian.
Jurnalis Handal
Jurnalis
handal adalah seseorang yang mempunyai karya jurnalistik yang mampu
“menggebrak dunia”, terutama karena telah berhasil mengedepankan aspek
jurnalismenya. Seperti diketahui, dunia jurnalistik itu mengemban
beberapa pilar fungsi, diantaranya fungsi informasi, fungsi pendidikan,
maupun fungsi kritik sosial.
Contoh
Penulis handal, diantaranya adalah Mochtar Lubis, yang pernah menjadi
Pemimpin Redaksi Harian Indonesia Raya. Pada masanya, waktu itu, Harian
Indonesia Raya melalui pemberitaan investigatifnya berhasil membongkar
misteri ketertutupan aliran keuangan Pertamina.
Atau
dapat pula disebut Rosihan Anwar, mantan Pemimpin Redaksi Harian
Pedoman, yang bahkan sampai menjelang akhir hayatnya pada usia lewat 80
tahun masih terus aktif menulis, di antaranya menulis kisah
perjalanannya ke beberapa Negara di Eropa. Dalam tulisannya itu, ia pun
menyelipkan beberapa kiat kesuksesan Negara-negara tersebut dalam
memajukan bangsanya. Beberapa butir intisari kiat kesuksesan Negara itu,
kiranya dapat diterapkan untuk bangsa Indonesia.
Kiat Jadi Penulis
1. Usahakan mempunyai “buku harian pribadi” dan sebuah ballpoint pribadi,
sehingga tidak merasa kesulitan apabila sewaktu-waktu akan menuliskan
sesuatu pemikiran atau gagasan. Selain itu, dengan mempunyai buku harian
pribadi itu, akan memudahkan dalam mendokumentasikan tahapan
perkembangan kelincahan tulisannya. Siapa tahu, hasil tulisan-tulisan
itu di kemudian hari dapat menjadi inspirasi untuk dikembangkan menjadi hasil tulisan yang berkualitas.
2. Usahakan selalu rajin menuliskan hal-hal apa saja yang sempat terlintas dalam benak pikiran.
3. Biasakan
menulis dengan menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar,
sehingga akan semakin memudahkan untuk diangkat menjadi karya tulis
yang memenuhi standar baku bahasa Indonesia.
4. Biasakan
banyak membaca buku-buku hasil karya tulis orang lain, sehingga kita
mampu mempelajari bagaimana seseorang Penulis menggunakan bahasa secara
efisien, tanpa harus mengurangi makna, sehingga semakin menjamin
kenyamanan dalam membacanya.
5. Cobalah
merangkumkan beberapa ceceran tulisan yang telah dihasilkan – yang
tertulis dalam buku harian pribadi – untuk diangkat menjadi sebuah buku,
dengan mencoba membuat judul yang sesuai, sub-sub judul yang relevan,
dan selanjutnya dikembangkan dengan updating
data terkini. Siapa tahu buku Anda akan berhasil memenuhi persyaratan
untuk diterbitkan dan dipasarkan ke khalayak masyarakat. Siapa tahu,
nama Anda akan melejit, dan membawa keuntungan secara finansial pula.
Kiat Jadi Jurnalis
Seorang
Jurnalis biasanya dimulai dari seorang Reporter, yang bertugas memburu
berita di lapangan. Untuk itu, selain diperlukan keterampilan dalam
menuliskan berita dengan format “5W+1H”, maka terlebih dulu ia harus mau
dan bersedia untuk turun ke lapangan. Ia harus bersedia mewawancarai
orang lain yang menjadi narasumbernya, agar mendapatkan bahan untuk
pemberitaan.
Dan
seterusnya, dan seterusnya, sampai ia berhasil menjadi seorang Jurnalis
yang handal, seperti Mochtar Lubis, Rosihan Anwar, Jakob Oetama, atau
lainnya.
Kesimpulan
Untuk
berhasil menjadi Penulis maupun Jurnalis yang handal, pertama-tama
seseorang harus menyenangi profesi tersebut. Jika ia sudah merasa
profesi itu menjadi hobby kesenangannya,
maka ia akan dengan mudah menemukan kiat-kiat untuk menuju kesuksesan,
sehingga nantinya mampu menjadi seorang Penulis yang handal, maupun
mampu menjadi seorang Jurnalis yang handal.