Selasa, 05 Maret 2013

Kiat Jadi Penulis dan Jurnalis Handal
 

Pengantar
Tulisan ini meskipun berjudul “Kiat Jadi Penulis dan Jurnalis Handal”, namun tidaklah bermaksud untuk mengaku diri telah menjadi seorang Penulis ataupun Jurnalis handal, karena yang dikatakan handal itu, menurut hemat saya, seharusnya sudah melahirkan beberapa karya besar, syukur-syukur fenomenal.

             Sehingga tulisan ini lebih bersifat sebagai urun rembug atau sumbang saran saja. Mudah-mudahan saja, harapannya, masih ada ceceran pendapat yang dapat dipetik sebagai manfaat oleh khalayak.
Beda Penulis dan Jurnalis
Seringkali kalangan masyarakat luas menganggap sama saja antara Penulis dan Jurnalis, padahal sesungguhnya antara keduanya dapat diperbedakan, terutama semenjak bermunculan dan berkembangnya aneka media massa, mulai dari media cetak, media audio, media audio visual, sampai media maya/online melalui internet
Penulis – menurut rumusan Wikipedia - adalah sebutan bagi orang yang melakukan pekerjaan menulis atau menciptakan suatu karya tulis. Menulis adalah kegiatan membuat huruf (angka) menggunakan alat tulis di suatu sarana atau media penulisan, mengungkapkan ide, pikiran, perasaan melalui kegiatan menulis, atau menciptakan suatu karangan dalam bentuk tulisan.
Sedangkan menurut pemahaman awam saya pribadi, seorang Penulis adalah seseorang yang menekuni bidang profesi tulis-menulis karangan, dan telah menghasilkan karya tulis yang dari hasil karya tulisnya itu mampu mendapatkan penghasilan yang relatif mencukupi kebutuhan hidupnya. Yang disebut karya tulis itu bisa berupa tulisan opini pada media suratkabar, atau bahkan sebuah buku karangan, baik buku fiksi (misalnya kumpulan cerita pendek, novel, dan lainnya) maupun buku non fiksi (misalnya buku teks pelajaran, buku ilmu pengetahuan, dan lainnya).
Sehingga, misalnya, seseorang hanya menulis sepucuk surat cinta untuk kekasihnya, atau seseorang yang menulis sepucuk surat permohonan izin untuk tidak masuk sekolah karena sedang sakit, maka seseorang tersebut masih belum dapat disebut sebagai seorang yang berprofesi sebagai seorang Penulis.
Sementara Jurnalis, menurut Wikipedia, adalah seseorang yang melakukan pekerjaan jurnalistik atau kewartawanan. Menurut pemahaman awam saya, Jurnalis adalah seseorang yang menekuni secara terus-menerus profesi bidang pemberitaan, atau penyampaian suatu peristiwa/kejadian kepada pihak lain (lebih diutamakan pihak lain itu dalam jumlah yang banyak) yang tidak sempat menyaksikan sendiri peristiwa tersebut.
Media perantara penyampai berita itu bisa saja berbentuk media cetak (misalnya koran, tabloid, majalah, stensilan, dan sebagainya), media audio (misalnya radio siaran), media audio visual (misalnya televisi), media maya (online).
Seseorang yang menekuni secara terus-menerus profesi pemberitaan/pekabaran/pewartaan ini sering pula disebut sebagai Wartawan. Berhubung profesi pewartaan ini sering disebut jurnalistik, maka seseorang yang melakukan profesi itu disebut pula sebagai Jurnalis.
Misalnya ada seseorang yang sempat menyaksikan peristiwa kecelakaan lalulintas, dan ia menceritakan kronologi kejadiannya kepada orang lain, maka ia belum secara sertamerta bisa disebut sebagai seorang Jurnalis.
Seorang Jurnalis, meskipun tidak menyaksikan secara langsung kejadian kecelakaan itu, dapat saja berusaha mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) untuk menemui beberapa orang saksi, sekaligus memotret sisa-sisa kejadiannya (misalnya kerusakan mobilnya, kerusakan pagar jalanannya, dan sebagainya), atau menanyakan kronologi peristiwanya kepada polisi yang menangani kasusnya, kemudian mewartakannya melalui media penyampainya, misalnya koran cetak, radio, televisi, atau media online, sehingga peristiwa tersebut dapat ikut diketahui oleh khalayak masyarakat secara meluas.
Kesamaan Penulis dan Jurnalis
Kesamaan antara Penulis dan Jurnalis, adalah kedua-duanya berkewajiban untuk memahami dan menggunakan kaidah-kaidah bahasa, agar apa yang dihasilkannya (baik karya tulis maupun karya jurnalistik) dapat dengan mudah dipahami oleh kalangan masyarakat luas yang menjadi segmen sasarannya, baik terdiri para pembacanya (bagi media cetak), para pendengarnya (bagi media radio), para pemirsanya (bagi media televisi), maupun para pembacanya (bagi media online).
Kesamaan antara Penulis dan Jurnalis itu sering sulit diperbedakan, terutama pada jurnalistik media cetak atau media online, karena kedua-duanya sama-sama menggunakan bahasa tulisan, dan bukannya bahasa lisan, ataupun bahasa isyarat. Dikarenakan sama-sama menggunakan bahasa tulisan itulah, maka antara Penulis dan Jurnalis seringkali dianggap sama saja.
Penulis Handal
Penulis handal adalah seseorang yang karya tulisnya disenangi dan dibeli oleh orang dalam jumlah yang fantastis banyak. Atau bisa juga Penulis handal adalah seseorang yang telah melahirkan banyak karya tulis, sehingga kehidupan ekonominya dapat ditopang dari penghasilan royalty atau honor atas karya tulisnya itu.
Contoh Penulis yang handal, antara lain adalah Andrea Hirata yang menuliskan serial novel Laskar Pelangi, Arswendo Atmowiloto yang menuliskan novel Satria Pamungkas, Singgih Hadi Mintardja yang menulis novel fiksi sejarah Nagasasra Sabuk Inten, HAMKA yang menulis novel Di Bawah Lindungan Ka’bah (dan lainnya), Pramoedya Ananta Toer yang menulis novel Jejak Langkah (dan lainnya).
Bahkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia di bangku sekolah, sering pula diajarkan tentang para pujangga sastra Indonesia dan hasil karya tulisnya masing-masing, dari sejak zaman pra kemerdekaan Republik Indonesia, hingga zaman kekinian.
Jurnalis Handal
Jurnalis handal adalah seseorang yang mempunyai karya jurnalistik yang mampu “menggebrak dunia”, terutama karena telah berhasil mengedepankan aspek jurnalismenya. Seperti diketahui, dunia jurnalistik itu mengemban beberapa pilar fungsi, diantaranya fungsi informasi, fungsi pendidikan, maupun fungsi kritik sosial.
Contoh Penulis handal, diantaranya adalah Mochtar Lubis, yang pernah menjadi Pemimpin Redaksi Harian Indonesia Raya. Pada masanya, waktu itu, Harian Indonesia Raya melalui pemberitaan investigatifnya berhasil membongkar misteri ketertutupan aliran keuangan Pertamina.
Atau dapat pula disebut Rosihan Anwar, mantan Pemimpin Redaksi Harian Pedoman, yang bahkan sampai menjelang akhir hayatnya pada usia lewat 80 tahun masih terus aktif menulis, di antaranya menulis kisah perjalanannya ke beberapa Negara di Eropa. Dalam tulisannya itu, ia pun menyelipkan beberapa kiat kesuksesan Negara-negara tersebut dalam memajukan bangsanya. Beberapa butir intisari kiat kesuksesan Negara itu, kiranya dapat diterapkan untuk bangsa Indonesia.
Kiat Jadi Penulis
1. Usahakan mempunyai “buku harian pribadi” dan sebuah ballpoint pribadi, sehingga tidak merasa kesulitan apabila sewaktu-waktu akan menuliskan sesuatu pemikiran atau gagasan. Selain itu, dengan mempunyai buku harian pribadi itu, akan memudahkan dalam mendokumentasikan tahapan perkembangan kelincahan tulisannya. Siapa tahu, hasil tulisan-tulisan itu di kemudian hari dapat menjadi inspirasi untuk dikembangkan menjadi hasil tulisan yang berkualitas.
2. Usahakan selalu rajin menuliskan hal-hal apa saja yang sempat terlintas dalam benak pikiran.
3. Biasakan menulis dengan menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga akan semakin memudahkan untuk diangkat menjadi karya tulis yang memenuhi standar baku bahasa Indonesia.
4. Biasakan banyak membaca buku-buku hasil karya tulis orang lain, sehingga kita mampu mempelajari bagaimana seseorang Penulis menggunakan bahasa secara efisien, tanpa harus mengurangi makna, sehingga semakin menjamin kenyamanan dalam membacanya.
5. Cobalah merangkumkan beberapa ceceran tulisan yang telah dihasilkan – yang tertulis dalam buku harian pribadi – untuk diangkat menjadi sebuah buku, dengan mencoba membuat judul yang sesuai, sub-sub judul yang relevan, dan selanjutnya dikembangkan dengan updating data terkini. Siapa tahu buku Anda akan berhasil memenuhi persyaratan untuk diterbitkan dan dipasarkan ke khalayak masyarakat. Siapa tahu, nama Anda akan melejit, dan membawa keuntungan secara finansial pula.
Kiat Jadi Jurnalis
Seorang Jurnalis biasanya dimulai dari seorang Reporter, yang bertugas memburu berita di lapangan. Untuk itu, selain diperlukan keterampilan dalam menuliskan berita dengan format “5W+1H”, maka terlebih dulu ia harus mau dan bersedia untuk turun ke lapangan. Ia harus bersedia mewawancarai orang lain yang menjadi narasumbernya, agar mendapatkan bahan untuk pemberitaan.
Dan seterusnya, dan seterusnya, sampai ia berhasil menjadi seorang Jurnalis yang handal, seperti Mochtar Lubis, Rosihan Anwar, Jakob Oetama, atau lainnya.
Kesimpulan
Untuk berhasil menjadi Penulis maupun Jurnalis yang handal, pertama-tama seseorang harus menyenangi profesi tersebut. Jika ia sudah merasa profesi itu menjadi hobby kesenangannya, maka ia akan dengan mudah menemukan kiat-kiat untuk menuju kesuksesan, sehingga nantinya mampu menjadi seorang Penulis yang handal, maupun mampu menjadi seorang Jurnalis yang handal.